Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), menyatakan keprihatinan mendalam atas kejadian luar biasa (KLB) campak yang kembali terjadi di Indonesia.
Hingga kini, 46 wilayah di 14 provinsi dilaporkan mengalami KLB campak, termasuk di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
"Pertama-tama kami mengucapkan keprihatinan yang mendalam atas nama seluruh anggota IDAI terhadap KLB campak di Sumenep. Update terakhir, sudah sampai ke 14 provinsi dengan 46 wilayah mengalami KLB campak," ujar Dokter Piprim dalam diskusi media ‘KLB Campak pada Anak dan Update Rekomendasi Vaksinasi IDAI’ pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Dokter Piprim menekankan bahwa campak bukanlah penyakit ringan. Justru, tingkat penularannya jauh lebih tinggi dibanding Covid-19.
"Campak adalah penyakit yang sangat menular, jauh lebih menular daripada Covid. Kalau Covid saja sudah menakutkan, campak bisa empat sampai lima kali lipat lebih menular," tambahnya.
Cermin Turunnya Imunisasi Anak
Karena sifatnya yang sangat menular, cakupan imunisasi campak dan rubela (MR) harus berada di angka lebih dari 95 persen untuk bisa menciptakan herd immunity atau kekebalan komunitas. Penurunan cakupan imunisasi, bahkan hanya turun hingga 60 persen, sudah cukup untuk memicu KLB di banyak wilayah.
Menurut Dokter Piprim, merebaknya KLB campak ini merupakan bukti nyata adanya penurunan cakupan imunisasi di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan masih adanya masalah mendasar dalam pencegahan penyakit menular yang sudah lama dikenal.
"Setiap ada KLB, ini bukti adanya gap cakupan imunisasi. Ada penurunan signifikan dari cakupan imunisasi. Dan, ini bukan masalah lokal, tapi masalah nasional," katanya.
Dia mengingatkan bahwa penyakit lama seperti cacingan, rabies, hingga hepatitis A masih sering muncul di berbagai daerah. Padahal, sebagian besar penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi dan langkah promotif lainnya.
Ajak Masyarakat Percaya Imunisasi
IDAI mengingatkan pentingnya mengedukasi masyarakat agar tidak ragu memberikan imunisasi kepada anak. Dokter Piprim, mengatakan, mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi adalah kunci mencegah penyakit menular berbahaya.
"KLB ini sebenarnya bisa diatasi dengan mengedukasi, memotivasi kembali masyarakat yang galau dengan imunisasi. Ayo sama-sama kita ingatkan, kita sadarkan," kata Dokter Piprim.
Dia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam memperkuat upaya promotif dan preventif. Jangan sampai perhatian terhadap imunisasi terabaikan hanya karena sibuk mengurusi hal administratif.
Peran Pemerintah dan Media
Dalam kesempatan tersebut, Dokter Piprim menekankan bahwa IDAI siap berkolaborasi untuk memperkuat kesehatan anak Indonesia. Dia meminta pemerintah memastikan distribusi vaksin berjalan lancar hingga ke pelosok negeri.
"Kami juga berharap pemerintah mengalokasikan sumber daya yang memadai, memastikan vaksin tersedia hingga ke pelosok," katanya.
Selain itu, media massa juga diharapkan ikut berperan dalam menyebarkan informasi positif tentang imunisasi. Menurutnya, peran media sangat penting dalam menurunkan keraguan masyarakat.
"Edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kembali kepercayaan atau menurunkan kegalauan terhadap imunisasi ini amat sangat penting. Supaya KLB penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi tidak berulang kali terjadi di berbagai daerah," kata Dokter Piprim.
Alarm Kesehatan Anak Indonesia
KLB campak yang kini meluas menjadi alarm serius bagi kesehatan anak Indonesia. Dengan tingkat penularan yang sangat tinggi, hanya imunisasi dengan cakupan maksimal yang bisa mencegah terjadinya wabah.
IDAI menegaskan bahwa imunisasi bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Jika kepercayaan terhadap imunisasi terus ditingkatkan, maka generasi anak Indonesia dapat tumbuh lebih sehat dan terhindar dari ancaman penyakit menular berbahaya.