Liputan6.com, Jakarta Timnas Italia kembali menatap laga penting di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa Grup I. Kali ini, Azzurri akan meladeni Timnas Israel di Stadio Friuli (Bluenergy Stadium), Udinese, pada Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 01.45 WIB. Pertandingan ini bukan sekadar misi tiga poin, melainkan ujian ketenangan dalam menjaga peluang menuju Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Tim asuhan Gennaro Gattuso sedang dalam performa menanjak. Setelah tersandung di laga pertama, Italia meraih empat kemenangan beruntun yang kembali menyalakan harapan publik. Kemenangan atas Israel akan memperpendek jarak menjadi hanya tiga poin dari Norwegia di puncak klasemen.
Pertemuan ini juga mengulang duel gila sebulan lalu, ketika Italia menang 5-4 lewat drama penuh emosi. Kala itu, Azzurri sempat unggul dua gol, nyaris kehilangan segalanya di menit akhir, sebelum Sandro Tonali menuntaskan laga lewat gol penentu di masa tambahan waktu.
Kini, dengan dua laga tersisa setelah ini — tandang ke Moldova dan menjamu Norwegia — Gattuso tahu betul bahwa setiap pertandingan bernilai final. Italia tidak boleh lagi tergelincir jika ingin menghapus luka dua kali absen di Piala Dunia secara beruntun.
Fokus dan Kebanggaan Gattuso
Menjelang laga kontra Israel, Gattuso menegaskan bahwa seluruh skuadnya fokus penuh pada tujuan utama: lolos ke Piala Dunia. Dalam wawancaranya dengan Sky Sport yang dikutip Football Italia, ia juga menyinggung situasi di luar lapangan.
“Kami senang bahwa telah ada gencatan senjata,” ucap Gattuso. “Melihat orang-orang kembali ke rumah mereka di Gaza, ke tanah mereka, sungguh mengharukan. Besok kami akan memainkan pertandingan kami — akan ada protes di luar, tetapi lebih dari 10.000 fans di dalam stadion akan mendorong kami.”
Selain itu, Gattuso memuji karakter dan kekompakan anak asuhnya yang terus tumbuh sebagai tim. “Saya jatuh cinta dengan anak-anak ini karena cara mereka bekerja dan tetap bersatu,” katanya. “Kami tahu kami sedang melalui sebuah perjalanan dan tidak boleh melakukan kesalahan, tetapi saya suka bagaimana kami berkembang.”
Baginya, semangat dan kebersamaan menjadi fondasi dari perjalanan Italia yang masih panjang. Ia juga mengisyaratkan kemungkinan rotasi formasi sembari memberikan pujian khusus kepada Francesco Pio Esposito.
Esposito dan Perubahan yang Menentukan
Gattuso tak menutup peluang memainkan Esposito sejak awal setelah sang penyerang muda tampil impresif sebagai pemain pengganti. “Dia anak yang sederhana dengan kualitas besar — dia berlari seperti gelandang,” jelas Gattuso. “Dia memahami permainan dengan mudah. Pertandingan berlangsung selama 95 menit, dan beberapa pemain bisa membuat perbedaan di akhir.”
Ucapan itu menandakan bahwa Gattuso siap menempuh segala cara untuk menjaga keseimbangan tim. Italia yang selama ini mengandalkan kedisiplinan taktik bisa saja tampil lebih dinamis, terlebih menghadapi Israel yang juga agresif. Dengan jadwal berat di depan mata, Gattuso tampak tak ingin kehilangan fokus sedikit pun.
Sebuah Mimpi yang Terus Hidup
Bagi Gattuso, duduk di kursi pelatih Italia masih terasa seperti mimpi. “Ada begitu banyak orang yang rela membayar untuk berada di sini,” ujarnya jujur. “Saya menjalaninya seperti mimpi. Saya memikirkan pelatih-pelatih hebat seperti Lippi dan Trapattoni dan bertanya-tanya, siapa yang menyangka saya akan mendapat kesempatan ini. Saya telah bekerja dengan banyak orang di sini selama bertahun-tahun, jadi rasanya seperti di rumah.”
Gattuso juga sempat menanggapi pujian dari Luciano Spalletti, mantan pelatih timnas sebelumnya. “Dia orang yang sangat jujur, saya menghargai kata-katanya,” tutur Gattuso. “Saya ingin meneleponnya, tetapi tidak ingin mengganggunya. Saya sudah memberi tahu orang-orang di federasi tentang seperti apa dia — ketika dia berbicara, dia tidak pernah memberi pujian kosong.”
Kini, Gattuso menatap laga melawan Israel dengan kepala dingin. Italia sudah tahu rasanya nyaris kehilangan segalanya. Dalam kualifikasi yang begitu ketat, satu kesalahan saja bisa berarti akhir dari perjalanan menuju Piala Dunia.
Sumber: Football Italia