Liputan6.com, Jakarta- Indonesian Basketball League (IBL) 2026 akan segera bergulir dengan sejumlah perubahan signifikan yang bertujuan meningkatkan profesionalisme dan daya saing liga. Musim baru ini dijadwalkan akan dimulai pada 10 Januari 2026, menandai dimulainya kompetisi yang akan berlangsung selama enam bulan penuh.
Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, menjelaskan bahwa regulasi baru ini dirancang untuk memperkuat tata kelola liga serta menjaga keseimbangan kompetisi di tengah pesatnya perkembangan bola basket nasional. Perubahan ini mencakup aspek jadwal, format pertandingan, jumlah tim, hingga regulasi pemain dan pengawasan.
Dengan inovasi ini, IBL berharap dapat menyuguhkan tontonan yang lebih menarik, kompetitif, dan berkelanjutan bagi para penggemar bola basket di seluruh Indonesia. Para klub dan pemain diharapkan dapat beradaptasi dengan format baru ini untuk mencapai performa terbaik mereka.
Jadwal dan Dinamika Kompetisi IBL 2026
Musim IBL 2026 akan berlangsung selama enam bulan, dimulai pada 10 Januari 2026 dan puncaknya dengan seri gim final pada 28 Juni 2026. Kompetisi ini akan menyajikan total 110 pertandingan di musim reguler, diikuti oleh 27 pertandingan di babak playoff hingga final.
Format kandang-tandang (home-and-away) yang telah sukses diterapkan dalam dua musim terakhir akan kembali dipertahankan. Keputusan ini diambil karena dinilai berhasil menciptakan dinamika kompetisi yang lebih seru dan atmosfer pertandingan yang hidup di berbagai kota.
Sistem ini juga membantu setiap klub memperkuat basis penggemar di wilayah masing-masing serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Perubahan krusial terjadi pada babak playoff, khususnya di semifinal dan final, dengan penerapan format best of five (H-H-A-A-H). Ini merupakan kali pertama dalam sejarah IBL menggunakan seri lima pertandingan untuk babak penentu, menggantikan format best of three sebelumnya. Format baru ini memberikan keuntungan bermain lebih banyak di kandang bagi tim dengan peringkat lebih tinggi di musim reguler.
Perubahan Jumlah Tim dan Regulasi Pemain
Jumlah peserta IBL 2026 akan menyusut menjadi 11 tim, menjadikannya jumlah terendah dalam tujuh tahun terakhir. Beberapa tim besar, seperti Prawira Bandung yang merupakan juara IBL 2023, tidak akan berpartisipasi dalam musim ini. Dua tim lain yang out masih misteri. Kabarnya adalah Bali United dan Bima Perkasa Jogja.
Regulasi pemain juga mengalami penyesuaian signifikan. Setiap tim dapat mendaftarkan 17 pemain dalam roster, dengan maksimal 14 di antaranya merupakan pemain lokal. Untuk pemain asing, setiap klub diperbolehkan merekrut maksimal tiga pemain, termasuk pemain berstatus heritage atau naturalisasi.
Dari tiga pemain asing tersebut, dua pemain memiliki batasan tinggi badan maksimal 200 sentimeter, sementara satu pemain lainnya bebas tanpa batasan tinggi badan. Ketiga pemain asing ini dapat dimainkan secara bersamaan di lapangan. Jika klub memiliki pemain heritage atau naturalisasi, mereka hanya diizinkan merekrut dua pemain asing tambahan yang juga dapat dimainkan bersamaan.
Selain itu, IBL mewajibkan setiap klub mendaftarkan minimal dua pemain berusia di bawah 23 tahun. Pemain U-23 ini harus mendapatkan rata-rata waktu bermain minimal lima menit per pertandingan selama satu musim. Kebijakan ini bertujuan untuk mendukung regenerasi dan pengembangan talenta muda lokal, memastikan masa depan bola basket Indonesia.
Batas Gaji Pemain Asing dan Pengawasan Ketat
Salah satu inovasi penting dalam Format Baru IBL 2026 adalah pengenalan salary cap bagi pemain asing, yang ditetapkan sebesar 30.000 dolar AS per bulan. Kebijakan ini dirancang untuk menjaga stabilitas finansial klub dan memastikan kompetisi berlangsung seimbang serta kompetitif.
Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, menyatakan bahwa salary cap berfungsi sebagai mekanisme agar semua tim memiliki peluang yang sama untuk berkembang dan bersaing. Ini diharapkan dapat mencegah dominasi tim-tim dengan kekuatan finansial yang lebih besar, menciptakan liga yang lebih merata.
Pengawasan terhadap regulasi akan dilakukan secara ketat oleh Governance & Compliance, yang dipimpin oleh mantan Managing Director FIBA, David Crocker, sebagai pihak independen. Klub yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi berupa denda, pengurangan subsidi, hingga pengurangan poin, bergantung pada besarnya pelanggaran yang dilakukan. Sistem pengawasan ini menunjukkan komitmen IBL untuk menegakkan aturan dan menjaga integritas kompetisi.