Malaysia rupanya tidak diundang menghadiri KTT Perdamaian Gaza yang berlangsung di Mesir. PM Anwar Ibrahim menyebut tindakan itu diambil karena mereka tak mendukung 20 poin proposal damai Gaza yang diinisiasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Anwar mengatakan, hanya negara-negara yang memberikan dukungan penuh terhadap proposal itu yang hadir di KTT Perdamaian Gaza.
"Malaysia tidak diikutsertakan karena kami menyatakan dukungan dengan beberapa keberatan," kata Anwar, dikutip dari The Straits Times, Selasa (14/10).
"Itu bersyarat pada resolusi komprehensif untuk pemulangan warga Palestina yang diusir secara paksa," lanjutnya.
Anwar mengatakan, syarat yang diajukan Malaysia adalah hak-hak yang berkaitan dengan kenegaraan Palestina dan penyelesaian kekerasan yang terus berlanjut di Tepi Barat.
Dia kemudian mengakui ada pihak-pihak yang mempertanyakan dukungan Malaysia terhadap proposal itu. Namun, dia menyatakan prioritas utamanya adalah menghentikan kerusakan di Gaza dan pembunuhan warga sipil, termasuk perempuan dan anak. Anwar mengatakan, proposal itu juga disetujui oleh sejumlah negara Timur Tengah dan Islam.
Lebih lanjut, Anwar mengungkap mendapat surat khusus dari negosiator Hamas pada 7 Oktober lalu mendukung inisiatif perdamaian Trump. Untuk saat ini, Anwar mengatakan Malaysia mendukung proposal itu karena akan mengakhiri perang dan memungkinkan kembalinya warga Palestina ke Gaza.
Anwar mengatakan Malaysia siap membantu dalam operasi penjaga perdamaian di bawah PBB jika diminta. Tak hanya itu, Anwar juga mengungkap akan menghubungi otoritas Mesir supaya bantuan kemanusiaan dan bantuan medis dapat masuk ke Gaza lewat Rafah.
"Kita akan lihat apakah bisa mengirim bantuan dan spesialis medis melalui Rafah. Daripada membawa warga Palestina ke sini, lebih baik kita yang ke sana untuk membantu," ungkapnya.
Anwar diberitahu bahwa hanya 167 truk bantuan yang bisa masuk ke Gaza pada 13 Oktober. Padahal, seharusnya ada 600 truk yang diizinkan masuk ke Gaza setiap hari.