Liputan6.com, Jakarta - Operasi Tian berjalan lancar. Semua orang yang menunggunya di luar ruang operasi menghela napas lega saat dokter mengabarkan bahwa Tian selamat—dan lebih dari itu, ia sadar tanpa kehilangan ingatan sedikit pun. Suasana dipenuhi rasa syukur dan haru.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Yuda tiba-tiba muncul dan langsung menarik Hana keluar ruangan dengan kasar. Suasana menjadi tegang. Jihan, yang menyaksikan kejadian itu, tak tinggal diam. Dengan tegas ia menampar Yuda di depan semua orang, membela Hana yang jelas ketakutan. Akhirnya, pihak keamanan rumah sakit turun tangan dan mengusir Yuda.
Setelah situasi tenang, Tian, yang masih lemah, memegang tangan Hana. Dengan suara lirih tapi penuh makna, ia berkata, “Jangan pergi... Tetap di sini, Hana.” Permintaan itu menjadi pengakuan akan cinta mereka yang semakin kuat dan tak tergoyahkan.
Ujian di Tengah Kebahagiaan
Masa pemulihan Tian terasa hangat. Hana dengan setia merawatnya setiap hari. Dari menyuapi makanan hingga menemani Tian berjalan pelan di lorong rumah sakit—semua ia lakukan dengan cinta. Saat Tian akhirnya dinyatakan sembuh, mereka sepakat mengadakan makan malam syukuran sebagai bentuk rasa terima kasih atas keajaiban yang mereka alami.
Namun malam itu berubah menjadi bencana. Di restoran, tiba-tiba muncul Misa dan Vano. Misa masih dipenuhi dendam lama. Ia menantang Hana, menudingnya dengan kata-kata pedas hingga akhirnya keduanya berseteru dan berkelahi di toilet wanita. Dalam perkelahian itu, Misa terpeleset dan terjatuh. Tak lama kemudian, ia mengalami keguguran.
Bukannya menyadari kesalahannya sendiri, Misa justru menuduh Hana sebagai penyebab keguguran itu. Ia dan Vano langsung melapor ke polisi, membuat Hana panik dan bingung. Ketika surat panggilan resmi dari kepolisian datang, Hana hampir tak bisa berdiri. Dunia seolah runtuh di hadapannya.
Namun, keajaiban datang dari arah yang tak terduga. Seorang pelayan restoran secara tidak sengaja merekam perkelahian tersebut dan mengunggahnya ke TikTok. Video itu viral—dan yang paling penting, memperlihatkan dengan jelas bahwa Hana tidak menyentuh Misa saat insiden jatuh itu terjadi.
Rekaman tersebut menjadi bukti kuat. Polisi segera menutup kasusnya. Kebenaran terungkap, dan Hana dibebaskan dari semua tuduhan. Sementara itu, Misa dan Vano harus menanggung malu, apalagi ketika Roby—yang selama ini mereka manipulasi—marah besar karena ikut terseret dalam kebohongan mereka.
Walau begitu, di balik rasa malu dan kekalahan, Misa masih menyimpan amarah. Dengan tatapan penuh dendam, ia bersumpah dalam hati, ini belum selesai.