Sejarah Alat Kontrasepsi: Ramuan Tradisional, Kondom Usus Hewan, hingga Metode Medis Modern

19 hours ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Kontrasepsi bukan sekadar alat atau obat untuk mencegah kehamilan. Lebih dari itu, kontrasepsi berperan sebagai instrumen kesehatan masyarakat yang terbukti menyelamatkan nyawa.

Menariknya, upaya mengendalikan kesuburan bukanlah hal baru. Sejak 1850 SM, catatan Mesir Kuno sudah menyebut penggunaan ramuan untuk mencegah kehamilan.

Pada abad ke-16, Gabriele Falloppio bahkan memperkenalkan selubung linen sebagai pencegah sifilis, yang kemudian menjadi cikal bakal kondom modern. "Fakta ini menegaskan bahwa sejak ribuan tahun lalu, manusia selalu mencari cara untuk mengatur kelahiran," tulis keterangan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN) pada Senin, 8 September 2025.

Hingga kini, kontrasepsi tetap menjadi kunci bagi kesehatan, kesetaraan, dan masa depan yang berkelanjutan. Sejarah membuktikan, gagasan tentang kontrasepsi telah ada jauh sebelum lahirnya ilmu kedokteran modern.

Salah satu bukti tertua tercatat dalam Papirus Kahun (sekitar 1850 SM) yang berisi catatan mengenai praktik pengendalian kelahiran. Beberapa abad kemudian, Papirus Ebers (sekitar 1550 SM) juga menuliskan resep dan metode serupa.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat membagikan alat kontrasepsi atau kondom kepada wanita penjaja seksual. Hal itu dilakukan demi memutus rantai penularan HIV/AIDS.

Penggunaan Getah Saffron untuk Kontrasepsi

Dari naskah kuno tersebut terlihat bahwa sejak awal peradaban, manusia sudah berusaha menyesuaikan jumlah anak dengan kemampuan hidup mereka.

Salah satu metode yang terdokumentasi adalah penggunaan campuran madu, daun akasia, dan serat yang dimasukkan ke dalam vagina sebagai penghalang alami agar sperma tidak mencapai sel telur.

Menariknya, dari sudut pandang ilmu modern, akasia dapat menghasilkan asam laktat melalui proses fermentasi. Kondisi ini menciptakan suasana asam yang tidak bersahabat bagi sperma.

Dengan kata lain, ramuan tradisional itu sebenarnya memiliki dasar biologis, meski berawal dari pengetahuan sederhana.

Metode lain yang ditemukan adalah pemakaian getah dari tanaman Crocus sativus atau safron, yang dioleskan untuk menutup leher rahim.

Saffron, selain dikenal sebagai rempah bernilai tinggi, dipercaya memiliki sifat spermisida. Prinsip ini menyerupai fungsi diafragma dalam kontrasepsi modern, yaitu menutup jalan masuk sperma menuju rahim.

Kreativitas masyarakat Mesir dan Mesopotamia dalam meramu bahan alami menunjukkan dua hal penting, yakni:

  • Adanya pemahaman awal tentang keterkaitan tubuh, seksualitas, dan reproduksi; serta
  • Kesadaran bahwa mengatur kelahiran merupakan bagian dari strategi mempertahankan kesejahteraan keluarga maupun keberlangsungan masyarakat.

Kondom dari Usus Hewan

Konsep kontrasepsi juga berkembang di Yunani dan Romawi. Saat itu, orang-orang sudah mencoba berbagai cara untuk mengendalikan kelahiran.

Salah satu metode yang cukup dikenal adalah penggunaan kondom sederhana dari usus binatang, kulit kayu, atau kain linen.

Mereka juga memanfaatkan tumbuhan seperti silphium dan ferula yang dipercaya mampu menunda kehamilan.

Silphium bahkan begitu populer hingga lebih berharga daripada emas, meski akhirnya punah akibat panen berlebihan.

Sayangnya, tidak semua cara yang digunakan aman. Aborsi, misalnya, kerap dilakukan dengan meminum ramuan beracun, memijat keras perut, atau memasukkan benda tajam ke rahim. Praktik yang sangat berisiko dan sering berakhir tragis bagi perempuan.

Di balik kreativitas mencari solusi alami, keterbatasan pengetahuan medis kala itu juga menghadirkan bahaya besar.

Kontrasepsi di Abad Pertengahan

Memasuki abad pertengahan, Eropa mengalami perubahan besar dalam pandangan terhadap kontrasepsi.

Dominasi ajaran Kristen menekankan bahwa tujuan utama pernikahan adalah melahirkan keturunan, sehingga seks hanya dianggap sah untuk reproduksi.

Praktik kontrasepsi maupun aborsi dilarang keras, meski kenyataannya masyarakat tetap berusaha mencari cara untuk mengatur jumlah anak.

Secara sembunyi-sembunyi, metode tradisional seperti kondom sederhana, ramuan herbal, hingga zat bergetah untuk menutup leher rahim tetap digunakan.

Tak hanya itu, era ini juga melahirkan metode baru seperti kalender ovulasi, yaitu memerhatikan siklus menstruasi untuk mengenali masa subur, serta coitus interruptus atau 'menarik keluar sebelum ejakulasi'.

Walau efektivitasnya jauh di bawah kontrasepsi modern, keberadaan cara-cara ini membuktikan bahwa kebutuhan manusia untuk mengendalikan kesuburan tidak pernah benar-benar bisa ditekan oleh aturan.

Kontrasepsi di Era Modern

Memasuki zaman modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar mengubah cara manusia mengendalikan kesuburan.

Jika di masa lampau orang mengandalkan ramuan alami atau cara-cara tradisional, abad ke-19 hingga abad ke-21 menjadi saksi lahirnya beragam inovasi kontrasepsi yang lebih aman, efektif, dan mudah diakses.

Perjalanan ini dimulai pada tahun 1844, ketika Charles Goodyear menemukan teknik vulkanisasi karet. Dari sinilah lahir kondom modern—lebih elastis, kuat, dan terjangkau. Inovasi sederhana ini menjadi pintu gerbang kontrasepsi ke arah industri massal. Namun, kemajuan ini sempat terhambat.

Pada 1873, aktivis moralitas Anthony Comstock berhasil mendorong lahirnya undang-undang yang melarang penjualan dan distribusi alat kontrasepsi serta informasi seputar pengendalian kelahiran di Amerika Serikat.

Aturan yang kemudian dikenal sebagai Comstock Act ini berlaku hingga 1938, membuat isu kontrasepsi menjadi topik sensitif dan penuh kontroversi.

Abad ke-20 membuka babak baru. Pada 1909, Richard Richter menemukan pil KB sintetis berbasis progesteron—cikal bakal dari pil yang akhirnya benar-benar dipasarkan pada tahun 1960.

Sementara itu, tahun 1928, dokter Jerman Ernst Gräfenberg memperkenalkan IUD (intrauterine device) berbentuk huruf T. Alat ini menjadi solusi jangka panjang bagi perempuan yang ingin menunda kehamilan.

Loncatan besar terjadi pada 1951, ketika duo ilmuwan Gregory Pincus dan John Rock meneliti penggunaan hormon estrogen dan progesteron untuk mengendalikan siklus menstruasi. Berkat dukungan finansial aktivis Margaret Sanger dan filantropis Katharine McCormick, lahirlah pil KB pertama yang disetujui Food and Drugs Administration (FDA) pada 1960 dengan nama Enovid. Pil ini menjadi simbol revolusi reproduksi, memberi perempuan kendali penuh atas tubuh mereka.

Meski demikian, kontroversi masih terjadi. Pada 1968, Paus Paulus VI mengeluarkan ensiklik Humanae Vitae yang menegaskan penolakan Gereja Katolik terhadap kontrasepsi buatan. Pandangan ini memicu perdebatan panjang yang masih terasa hingga kini.

Inovasi tak berhenti di situ. Tahun 1970, ilmuwan Sheldon Segal dan Horacio Croxatto menciptakan implan KB—batang kecil berisi hormon progestin yang ditanam di bawah kulit, efektif mencegah kehamilan hingga lima tahun. Lalu, 1973 hadir keputusan bersejarah Mahkamah Agung AS dalam kasus Roe v. Wade, yang melegalkan aborsi dan semakin memperluas wacana hak reproduksi perempuan.

Kemajuan berikutnya datang dari berbagai arah:

  • Pada 1982, dokter Aletta Jacobs memperkenalkan kondom wanita.
  • Pada 1998, FDA menyetujui penggunaan Viagra untuk disfungsi ereksi pria.
  • Pada 2006, pil darurat Plan B resmi dipasarkan, memberi pilihan tambahan bagi perempuan dalam kondisi darurat pasca hubungan seksual tanpa perlindungan.

Kontrasepsi di era modern tak lagi sebatas pil atau kondom. Kini, pilihannya kian beragam—mulai dari pil harian, suntikan yang efektif beberapa bulan, implan yang bisa bertahan bertahun-tahun, hingga IUD dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi.

Bahkan, kemajuan teknologi menghadirkan aplikasi digital yang membantu perempuan memantau siklus menstruasi mereka, memberi kontrol lebih dalam merencanakan kehamilan maupun mencegahnya. Dengan begitu, setiap pasangan punya ruang untuk memilih metode yang paling sesuai dengan kesehatan, kenyamanan, dan gaya hidup mereka.

Jika menengok sejarah panjang kontrasepsi, dari ramuan Mesir kuno hingga inovasi berbasis teknologi, ada benang merah yang jelas: manusia selalu berusaha mencari cara untuk mengendalikan hidupnya.

Kontrasepsi bukan sekadar alat atau obat medis, melainkan simbol kesadaran bahwa kesehatan reproduksi adalah hak setia...

Read Entire Article